Poster Sebagai Media Pendidikan Karakter

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
            Minimnya pendidikan karakter begitu kita rasakan di negeri ini. Terlebih hal ini tercermin di kalangan pelajar berupa moral yang sangat memprihatinkan. Perilaku melanggar etika dan hukum baik yang ringan sampai yang berat kerap diperlihatkan oleh kaum pelajar. Kebiasaan buruk mencontek saat ulangan maupun ujian masih sering dilakukan. Kemalasan karena tidak mau bekerja keras dan hanya menginginkan cara yang mudah menyebabkan perilaku-perilaku tidak beretika.
            Hal lain yang menggejala di kalangan pelajar yakni berbentuk kenakalan remaja. Salah satu di antaranya yaitu tawuran pelajar. Di beberapa kota besar hal semacam ini justru menjadi suatu tradisi. Kemudian minimnya karakter pada diri anak terlihat pula ketika pergaulan bebas masih banyak terjadi pada kalangan pelajar. Penggunaan narkotika, miras, pemalakan, dan lain sebagainya masih belum dapat terelakkan.
            Salah satu cara untuk meningkatkan pendidikan karakter yaitu melalui media. Terutama media visual berupa poster. Poster telah banyak dimanfaatkan sebagai media pembelajaran. Dengan segala kelebihannya, poster mampu menarik perhatian bahkan membangkitkan orang yang melihatnya. Pemilihan poster yang baik untuk pendidikan karakter akan sangat membantu sekali dalam meminimalisir kekeringan karakter di kalangan pelajar.

B. Rumusan Masalah
            1. Apakah yang dimaksud poster dan juga pendidikan karakter?
            2. Bagaimanakah kegunaan poster untuk media pendidikan karakter?
3. Bagaimanakah kriteria dan teknik pemilihan poster yang baik sebagai
    media pendidikan karakter?
4. Bagaimanakah kelebihan dan kelemahan poster untuk media pendidikan
    karakter?

C. Tujuan
            1. Mengetahui apa yang dimaksud poster dan juga pendidikan karakter.
            2. Memahami kegunaan poster sebagai media pendidikan karakter.
            3. Memahami kriteria dan teknik pemilihan poster yang baik sebagai media
               pendidikan karakter.
            4. Mengetahui kelebihan dan kelemahan poster sebagai media pendidikan
               karakter.

  

BAB II
PEMBAHASAN
Pegertian Poster.
Poster secara umum adalah salah satu media yang terdiri dari lambang kata atau simbol yang sangat sederhana, dan pada umumnya mengandung anjuran atau larangan. Sedangkan menurut Sudjana dan Rivai poster adalah sebagai kombinasi visual dari rancangan yang kuat, dengan warna, dan pesan dengan maksud untuk menangkap perhatian orang yang lewat tetapi cukup lama menanamkan gagasan yang berarti di dalam ingatannya. Dapat dikatakan Poster atau plakat adalah karya seni atau desain grafis yang memuat komposisi gambar dan huruf di atas kertas berukuran besar. Dapat dikatakan bahwa Poster merupakan gambar besar yang berisikan saran dan pesan.
Dalam dunia pendidikan yang dimaksud dengan poster pembelajaran ialah media yang terdiri dari lambang-lambang atau symbol tertentu yang didesain guna menyampaikan suatu pesan atau informasi dan mempengaruhi peserta didik sesuai dengan tujuan pembelajaran.
Sedangkan ciri-ciri poster yaitu (a) Berupa suatu lukisan atau gambar. (b) Menyampaikan suatu pesan atau ide tertentu. (c) Memberikan kesan yang kuat dan menarik perhatian. (d) Antara lukisan/gambar dan tulisan/caption merupakan satu kesatuan pesan.

Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut.

Pentingnya Pendidikan Karakter
Apabila kita cermati bersama, bahwa desain pendidikan yang mengacu pada pembebasan, penyadaran dan kreativitas sesungguhnya sejak masa kemerdekaan sudah digagas oleh para pendidik kita, seperti Ki Hajar Dewantara, KH. Ahmad Dahlan, Prof. HA. Mukti Ali, Ki Hajar Dewantara misalnya, mengajarkan praktek pendidikan yang mengusung kompetensi/kodrat alam anak didik, bukan dengan perintah paksaan, tetapi dengan "tuntunan" bukan "tontonan". Sangat jelas cara mendidik seperti ini dikenal dengan pendekatan "among"' yang lebih menyentuh langsung pada tataran etika, perilaku yang tidak terlepas dengan karakter atau watak seseorang. KH. Ahmad Dahlan berusaha "mengadaptasi" pendidikan modern Barat sejauh untuk kemajuan umat Islam, sedangkan Mukti Ali mendesain integrasi kurikulum dengan penambahan berbagai ilmu pengetahuan dan keterampilan. Namun mengapa dunia pendidikan kita yang masih berkutat dengan problem internalnya, seperti penyakit dikotomi, profesionalitas pendidiknya, sistem pendidikan yang masih lemah, perilaku pendidiknya dan lain sebagainya.
Membuat pendidikan karakter bagian dari filosofi, tujuan atau pernyataan misi dengan mengadopsi kebijakan formal. Oleh karena itu, membangun karakter dan watak bangsa melalui pendidikan mutlak diperlukan, bahkan tidak bisa ditunda, mulai dari lingklingan rumah tangga, sekolah dan masyarakat. Sehingga ke depan bangsa kita lebih beradab, maju, sejahtera kini, esok dan selamanya.

Kegunaan Poster Sebagai Media dalam Pendidikan Karakter
Poster memiliki kekuatan dramatik yang begitu tinggi memikat dan menarik perhatian. Banyak iklan menggunakan teknik-teknik poster dalam menarik perhatian demi kepentingan produksinya.  Poster dapat menarik perhatian karena uraian yang memadai karena kejiwaan dan merangsang untuk dihayati. Hal yang tidak pantas dalam poster ialah penggunaan ilustrasi yang sangat dramatik.
Dari apa yang telah diutarakan tentang poster, hendaknya guru menggunakan poster-poster di dalam atau luar kelas sebagai berikut:

a. Untuk motivasi
Penggunaan poster dalam pengajaran sebagai pendorong atau motivasi dalam pendidikan karakter siswa. Diskusi dapat dilakukan setelah diperlihatkan sebuah poster berkenaan dengan bahan pengajaran. Misalnya diperlihatkan mengenai poster kejujuran, lalu adakan diskusi mengapa kajujuran diperlukan di indonesia. Di pihak lain poster dapat digunakan untuk merangsang anak untuk mempelajari lebih jauh atau ingin lebih tahu hakikat  dari pesan yang disampaikan melalui poster tersebut.
b. Sebagai peringatan
Penggunaan poster yang kedua, diartikan sebagai suatu peringatan atau menyadarkan. Poster bisa menyadarkan setiap anak sekolah dasar bahwa mencontek itu tidak baik, hormat terhadap guru itu wajib, dan lain-lain.
            Pesan melalui poster yang tepat, akan membantu menyadarkan siswa, sehingga diharapkan berubah perilakunya dalam prakti sehari-hari seginga menjadi kebiasaan. Upaya menyadarkan atau memperingati manusia sangat penting sebab adanya kemampuan daya ingat manusia untuk terbiasa dan bersifat tak mempedulikan lingkungannya.
c. Pengalaman yang kreatif
Sebagai alat bantu mengajar poster memberi kemungkinan belajar kreatif dan partisipasi. Kehadiran poster dalam proses belajar mengajar memberi kesempatan kepada siswa untuk melukiskan tentang apa-apa yang dipelajari mereka. Dengan perkataan lain, poster memberikan pengalaman baru sehingga menumbuhkan kreativitas siswa dalam belajarnya.

Penggunaan Poster dalam Pendidikan Karakter
Menggunakan poster untuk pedidikan karakter dapat dilakukan dengan dua cara yaitu:
1. Digunakan sebagai bagian dari kegiatan belajar mengajar.
Dalam hal ini poster digunakan saat guru menerangkan sebuh materi kepada siswa, begitu halnya siswa dalam mempelajari materi menggunakan poster yang disediakan oleh guru. Poster yang digunakan ini harus relevan dengan tujuan dan materi. Poster disediakan guru baik dengan cara membuat sendiri maupun dengan cara membeli / menggunakan yang sudah ada. Dalam penggunannya poster di pasang di tengah kelas pada saat dibutuhkan dan ditanggalkan lagi setelah pembelajaran selesai. Misalnya guru membelajarkan siswa tentang pentingnya buang sampah pada tempatnya. Kemudian guru memasang sebuah poster tentang akibat membuang sampah sembarangan. Guru menugaskan siswa untuk mengamati poster tersebut lalu kemudian siswa diperintahkan untuk berdiskusi tentang akibat membuang sampah sembarangan.
2. Digunakan di luar pembelajaran.
            Tujuannya untuk memotivasi siswa, sebagai peringatan, ajakan, propaganda atau ajakan untuk melakukan sesuatu yang postitif dan penanaman nilai-nilai sosial dan keagamanaan. Dalam hal ini poster tidak digunakan saat pembelajaran namun dipajang di dalam kelas atau di sekitar sekolah di tempat yang strategis agar terlihat dengan jelas oleh siswa. Misalnya ajakan untuk rajin menabung, mengingatkan untuk melaksanakan ibadah, tidak mencontek, dan lain-lain. Perbedaan antara poster yang digunakan dalam pembelajaran dan di luar pembelajaran tidak memiliki perbedaan yang mendasar. Perbedaannya hanya pada penyimpanan, dan tema-tema yang dipilih, untuk poster pembelajaran biasanya mengangkat tema-tema yang spesifik sesuai dengan kurikulum, sedangkan poster untuk pajangan biasanya menggunakan tema-tema umum dan universal sehingga tidak lapuk oleh zaman. Kedua jenis poster tersebut jika dilihat dari teknik dan prinsip-prinsip pembuatannya sama, tidak memiliki perbedaan.

Kriteria Poster Pendidikan Karakter yang Baik
Poster pembelajaran dalam dunia pendidikan cukup memiliki peran yang sangat penting saat proses pembelajaran. Dalam hal ini agar poster pembelajaran digunakan secara efektif maka kita perlu tahu mengenai kriteria poster pembelajaran yang tersebut.
Poster tidak hanya penting untuk menyampaikan kesan-kesan tertentu tetapi dia mampu pula untuk mempengaruhi dan memotivasi tingkah laku orang yang melihatnya.
Kriteria poster yang baik menurut Dwi Joko hendaklah:
1. Sederhana
Dalam hal ini yang dimaksud sederhana itu adalah poster ditampilkan tidak banyak tulisan, dan ringkas dibatasi hal-hal yang penting saja. Akan tetapi antara gambar dan tulisan harus punya maksud yang berkesinambungan. Karena tujuan dari pembuatan poster itu sendiri supaya yang melihat tahu maksud pesan yang disampaikan poster tersebut dan pesan dengan maksud untuk menangkap perhatian orang yang lewat tetapi cukup lama menanamkan gagasan yang berarti di dalam ingatannya.
2. Menyajikan satu ide dan untuk mencapai suatu tujuan yang pokok
Tujuan dari penyampaian pesan dalan poster tersebut harus jelas dan fokus sesuai gagasan yang telah dibuat. Jadi pesan yang disampaikan dalam poster tidak boleh melenceng dari tujuan semula.
3. Bewarna
Warna yang digunakan harus menarik perhatian yang melihatnya dan didesain sesuai keharmonisan antara gambar dan tulisan dalam poster tersebut. Karena ketepatan menentukan warna sangat berpengaruh dalam keindahan poster yang ditampilkan.
4. Slogannya ringkas dan jitu
Pemilihan kata yang digunakan harus singkat, padat, jelas, dan tidak bertele-tele sehingga penikmat poster cepat memahami apa maksud pesan yang disampaikan dari poster tersebut.
5. Tulisannya jelas
Tulisan yang dipakai adalah bentuk tulisan yang sederhana, mudah dibaca, dan komunikatif. Tulisan yang digunakan harus disesuaikan dengan tata letak poster itu sendiri. dalam pemilihan warna, tulisan (besar-kecilnya), background, serta gambar harus tepat agar tulisan yang ada di dalamnya bisa terbaca, jangan menimbulkan makna ambigu di dalamnya supaya tidak terjadi miss conception.
6. Motif dan desain bervariasi
Supaya dalam penyampainan poster tidak membosankan. Jadi poster harus didesain sekreatif mungkin agar selalu menarik bagi siapa yang melihatnya.
7. Tepat guna
Dalam hal ini tepat guna dimaksudkan sasaran yang dituju dalam pembuatan poster itu, yaitu untuk siapa poster itu ditujukan. Dalam pembelajaran poster ditujukan sesuai jenjangnya.


Teknik Pemilihan Poster dalam Pendidikan Karakter
1.    Mengacu pada tujuan pembelajaran
Tujuan pembelajaran merupakan acuan utama dalam membuat suatu media pembelajaran, dalam hal ini poster. Karena sebuah media pembelajaran harus sesuai dengan tujuan pembelajaran yang diinginkan.
2.    Memperhatikan materi atau isi pembelajaran
Materi atau isi pembelajaran harus diperhatikan karena inilah yang akan menjadi content dalam sebuah media pembelajaran. Agar tujuan pembelajaran yang diharapkan dapat terwujud.
3.    Memperhatikan strategi/metode pembelajaran yang digunakan
Strategi pembelajaran juga harus dipertimbangkan, karena ketidaksesuaian metode yang digunakan juga akan terpengaruh pada ketercapaian tujuan pembelajaran.
4.    Menganalisis peserta didik
Media pembelajaran harus memperhatikan peserta didik baik dari segi fisik (keberfungsian indra) untuk menggunakan media pembelajaran tersebut. Serta media harus memperhatikan tipe-tipe gaya belajar peserta didik.
5.    Mempertimbangkan fasilitas pendukung dan lingkungan sekitar
Selain mengacu pada pertimbangan di atas, faktor eksternal juga mempengaruhi tata cara menggunakan poster di dalam pembelajaran. Kita harus memperhatikan apakah poster yang akan kita gunakan dapat didukung oleh fasilitas yang ada di sekolah. Dan kita juga harus memperhatikan lingkungan sekitar, apakah media poster dianggap media asing atau familiar.

Kelebihan dan Kelemahan Poster Sebagai Media Pendidikan Karakter
Dalam penggunaan poster sebagai media pendidikan karakter tentu tak lepas dari kelebihan dan kekurangannya sebagaimana media-media pembelajaran yang lain.
1. Kelebihan
Adapun kelebihan dari poster sebagai media dalam pembelajaran adalah:
a. Memiliki kekuatan dramatik yang begitu tinggi sehingga memikat dan menarik perhatian.
b. Merangsang motivasi belajar.
Poster dapat merangsang anak untuk mempelajari lebih jauh dan atau ingin lebih tahu hakikat dari pesan yang disampaikan
c. Simple.
d. Memiliki makna yang luas
e. Dapat dinikmati secara individual dan klasikial
f. Dapat dipasang/ditempelkan di mana-mana. Sehingga memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mempelajari dan mengingat kembali apa yang telah dipelajari.
g. Dapat menyarankan perubahan tingkah laku kepada peserta didik yang melihatnya.

2. Kelemahan
Adapun kelemahan yang terdapat pada penggunaan poster sebagai media pendidikan karakter adalah :
a. Sangat dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan orang yang melihatnya.
b.Karena tidak adanya penjelasan yang terinci, maka dapat menimbulkan interpretasi yang bermacam-macam dan mungkin merugikan.
c.Suatu poster akan banyak mengandung arti/makna bagi kalangan tertentu, tetapi dapat juga tidak menarik bagi kalangan yang lainnya.
d. Bila poster terpasang atau terpancang terlalu lama di suatu tempat, maka akan berkurang nilainya, bahkan akan membosankan orang yang melihatnya.


  
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
            Poster sebagai media pendidikan karakter sangat dibutuhkan. Selain untuk motivasi, peringatan, juga berfungsi sebagai pengalaman yang kreatif. Penggunaan poster sebagai media pendidikan karakter sendiri bisa digunakan sebagai bagian kegiatan belajar mengajar, juga di luar pembelajaran.
Kemudian untuk pemilihan poster sebagai media pendidikan karakter harus dipertimbangkan kriteria yang cocok dan teknik pemilihan yang benar. Terlepas dari itu, dalam pemilihan poster sebagai media pendidikan karakter hendaknya dapat menyikapi kelebihan dan kelemahan poster secara lebih bijaksana.

Saran
            Penulis berharap dengan dibuatnya makalah ini setidaknya memberi gambaran tentang poster sebagai media pendidikan karakter. Selanjutnya besar harapan penulis sekolah-sekolah di Indonesia dapat menggunakan poster dalam  pelaksanaan kegiatan pendidikan karakter bagi para siswanya.



DAFTAR PUSTAKA


http://www.i-berita.com/nasional/pendidikan-berkarakter.html
http://jamaludin270790.blogspot.com/2011/03/kegunaan-media-pendidikan-dalam-proses.html
http://www.tnial.mil.id/Majalah/Cakrawala/ArtikelCakrawala/tabid/125/articleType/ArticleView/articleId/200/Default.aspx
http://www.vantony.co.cc/2010/04/poster-pembelajaran.html
Sudjana, Dr. Nana dan Drs. Ahmad Rivai. 2010. Media Pengajaran. Bandung: Sinar   Baru Algesindo.

Related Posts:

Hasil Presentasi Mata Kuliah Pendidikan Komparatif

Hasil jalannya presentasi kelompok 1 mata kuliah Pendidikan Komparatif
Hari/tgl           : Senin, 3 Oktober 2011
Tempat            : Lab. TP, FIP, UNY
Waktu              : 07.15-08.45 WIB
Moderator      : Burhanuddin Anshory           (10105241005)
Penyaji                        : Sholeh Ismail Wais    (10105241030)
                          Erwin Setyo Utomo   (10105241031)
                          Ananda Yoga P          (10105241033)
                          Andhika Pradana       (10105241034)
Tema               : Kaitan antara Pendidikan Komparatif, Pendidikan Internasional, dan Pendidikan     Global
Penanya          : Maya Dikiria                         (10105241025)
                        Bagaimana membekali siswa dalam memasuki era globalisasi dengan tidak meninggalkan ke-Indonesiaannya?
                        Penyaji menjelaskan bahwa untuk membekali siswa dalam memasuki era globalisasi kita harus menginternalisasikan tradisi-tradisi di setiap daerah kita di Indonesia. Kita jadikan tradisi ini sebagai keunggulan yang tidak dimiliki bangsa lain. Sehingga nantinya ini akan menjadikan ikon unggulan Indonesia di kancah internasional.
                        Renny Natalia R         (10105241026)
                        Sejak sekolah internasional masuk Indonesia, budaya Indonesia dengan perlahan pun luntur. Adakah solusi mengenai hal tersebut?
                        Seharusnya kita mengambil manfaat yang baik saja dari masuknya sekolah internasional ini. Kita serap ilmunya. Sehingga nantinya lebih berpikiran terbuka. Tanpa harus meninggalkan budaya Indonesia itu sendiri.
                        Yulita Suryantari       (10105241028)
                        Kenapa keuntungan dari pendidikan komparatif hanya dapat ilmu pengetahuan saja, tanpa sedikitpun ilmu terapan?
                        Hal ini sebenarnya merupakan kelemahan kita. Kesadaran masyarakat kita akan pentingnya sebuah ilmu masih sangat rendah. Sebenarnya banyak sekali ilmu terapan apabila kita pandai menggali.
                        Perdana Linda                        (10105241024)
                        Apakah pendidikan Indonesia sudah mencapai pendidikan komparatif secara merata?
                        Belum. Adanya kelemahan-kelemahan serta keterbatasan di Indonesia menyebabkan pendidikan komparatif belum sepenuhnya di Indonesia. Untuk mencapai hal itu, kita harus mengikuti tiga proses yakni komparasi-internasional-global.
                        Umi Masyithoh          (10105241036)
                        Pendidikan komparatif yakni untuk menuju pendidikan global. Apakah ada standar pencapaiannya?
                        Sudah barang tentu ada standar pencapaiannya. Yakni dari pendidik maupun peserta didik nantinya harus berwawasan luas, berkeahlian, dan juga profesional.
                        Edo Ihzandy               (10105241002)
                        Apakah masyarakat Indonesia sudah komparatif?
                        Belum. Dan ini merupakan sebuah proses panjang untuk Indonesia. Tentunya semua yang di sini juga harus turut mensukseskan Indonesia menuju komparatif.

Related Posts:

Realisme Aristoteles dalam Filsafat Pendidikan

Bab I Pendahuluan
a.    Latar Belakang
            Menurut Aristoteles, agar orang dapat hidup baik, maka ia harus mendapatkan pendidikan. Pendidikann bukanlah soal akal semata-mata, akan tetapi soal memberi bimbinngan kepada perasaan-perasaan yang leboh tinggi, supaya mengarah diri kepada akal, sehingga dapat dipakai akal guna megatur nafsu-nafsu. Akal sendiri tidak berdaya, ia memerlukan dukungan-dukungan perasaan yang lebih tinggi yang diberikan arah yang benar. Aristoteles mengemukakan bahwa pendidikan yang baik adalah yang mempunyai tujuan untuk kenahagiaan. Kbahagiaan tertinggi adalah kebahagiaan spekulatif.
            Aristoteles juga menganggap penting pula pembentukan kebiasaan pada tingkat pendidikan rendah, sebagaimana pada tingkat pendidikan usia muda itu perlu ditanamkan kesadaran aturan-aturan moral. Menurut Aristoteles, untuk memperoleh pengetahuan, manusia harus lebih dari binatang-binatang lain berdasarkan kekuatannya untuk berpikir, harus mengamati dan secara hati-hati menganalisa struktur-struktur, fungsi-fungsi organisme itu, dan segala yang ada di alam. Oleh karena itu prinsip poko pendidikan Aristoteles adalah pengumpulan serta penelitian fakta-fakta suatu belajar induktif, suatu pencarian yang objektif akan kebenaran sebagai dasar dari ilmu pengetahuan. Aristoteles berkata bahwa sebaiknya memberikan pendidikan yang baik bagi semua anak-anak. Sparta mempunyai suatu sistem sekolah negeri yang wajib bagi semua putra-putrinya, bagi semua warga negara, tetapi sistem tersebut terdiri dari pendidikan fisik dan latihan militer.
            Dalam rangka yang lebih tinggi, ia menyatakan bahwa putra-putri semua warga negara sebaiknya diajar sesuai dengan kemampuan mereka. Disiplin merupakan hal yang esensial untuk mengajarkan para pemuda dan kaum laki-laki muda untuk mematuhi perintah-perintah dan mengendalikan gerakan hati mereka.

b.    Rumusan Masalah
1.    Bagaimanakah perjalanan hidup Aristoteles?
2.    Bagaimanakah ajaran pokok realisme Aristoteles?
3.    Apasajakah karya-karya Aristoteles?

c.    Tujuan Penulisan
1.    Mengetahui perjalanan hidup Aristoteles.
2.    Mengetahui ajaran pokok realisme Aristoteles?
3.    Mengetahui karya-karya Aristoteles?

Bab II Pembahasan
A.   Perjalanan Hidup
Aristoteles lahir di Kota Stageria, semenanjung Kalkidike di Trasia (Balkan) pada tahun 384 SM, dan meninggal di Kalkis pada tahun 322 SM. Ia adalah anak dari Nicomachus, seorang dokter istana Macedonia pada masa pemerintahan Raja Amyntas II. Ayahnya meninggal ketika ia masih berusia anak-anak. Kemudian ia dididik oleh ayah angkatnya, Proxenus sampai berumur 18 tahun. Pada umur 18 ini Aristoteles dikirim pleh ayah angkatnya untuk belajar di Akademy Plato di Athena. Ia tinnggal di sana kira-kira 20 tahun sampai Plato meninggail dunia (384 SM). Pada waktu berada di Akademy,  Aristoteles menerbitkan beberapa karya, dan juga mengajar anggota-anggota Akademy yang lebih muda.
Setelah Plato meninggal, Aristoteles meninggalkan Athena bersama Xenokrates menuju Assos di pesisir Asia Kecil. Di mana Hermeias pada waktu itu menjadi penguasa negara.
Pada tahunn 342 SM Aristoteles diundang oleh Raja Philippos dari Macedonia untuk mengajar anaknya, Alexander yang berusia 13 tahun. Aristoteles berusaha  melatih moral dan intelektual kepada Alexander, yang nantinya akan menerima warisan tahta sebagai Alexander Agung. Dengan cara ini secara tidak langsung akan memperluas paham dan cita-cita Aristoteles dalam mencerdaskan manusia dan membentuk negara kota sebagai pusat kehidupan.
Pada tahun 340 SM Alexander diangkat menjadi pejabat Raja Macedonia dan empat tahun kemudian ia menggantikan ayahnya menjadi Raja macedonia. Setelah Alexander Agung diangkat menjadi raja, Aristoteles kembali ke Athena dan atas bantuan Raja Alexander, ia mendirikan sekolah sendiri yang diberi nama Lykeion. Dalam sekolah ini Aristoteles mengajarkan paham dan ilmu-ilmu yang berkembang pada waktu itu. Ia juga membuat perpustakaan dengan mengumpulkan manuskrip-manuskrip dan peta bumi. Dalam pengumpulan bahan-bahan ini, Alexander sangat berperan penting, yaitu memerintahkan kepada semua pemburu, penangkap unggas, dan nelayan di kerajaannya untuk melaporkan kepada Aristoteles mengenai semua hasil yang menarik dari sudut ilmiah. Hal ini menunjukkan bahwa hubungan Aristoteles dan Alexander sebagai murid sampai saat itu cukup harmonis. Keretakan hubungan mereka baru terjadi ketika Alexander memerintahkan pasukannya untuk membunuh keponakan Aristoteles, Carlisthenes karena dicuriagai ikut kelompok pemberontak.
Pada tahun 323 SM Alexander Agung meninggal dunia. Hal ini menyebabkan suatu gerakan Anti Macedonia oleh kota-kota yang ingin melepaskan diri dari kekuasaan kerajaan Macedonia, dan salah satunya adalan Athena. Karena kedekatan Aristoteles dengan Raja Alexander Agung, maka ia dituduh durhaka. Dengan adanya gejolak ini, Aristoteles terpaksa meninggalkan Athena dan menyerahkan Sekolah Lykeion kepada muridnya Theopratos. Selanjutnya Aristoteles melarikan diri ke Khalkis, tempat asal ibunya. Ia tinggal di situ sampai akhirnya jatuh sakit dan meninggal pada usia 62 tahun.

B.   Realisme Arisrtoteles
Realisme
Realisme merupakan aliran atau faham filsafat yang tua tapi masih dipertahankan sampai sekarang. Tokoh utama dan pertama aliran ini adalah aristoteles yang hidup pada zaman yunani kuno pada tahun 384-322 SM.
Ada beberapa ragam realisme,  diantaranya adalah :
1.    Realism klasik dengan tokoh Aristoteles.
2.    Realism saintifik yang dianut oleh para saintis sebagai basis untuk memahami kenyataan terutama dalam bidang ilmu alam.
3.    Realism theistic dengan tokoh utama : Thomas Aquinas mencoba memahami dengan mutlak sebagai supra natural.

Ajaran Pokok Realisme
a.    Kita hidup dalam sebuah dunia yang di dalamnya terdapat banyak hal : manusia, hewan, tumbuhan, benda, dan sebagainya yang eksistensinya benar-benar nyata dan ada dalam dirinya sendiri.
b.    Objek-objek kenyataan itu berada tanpa memandang harapan dan keinginan manusia.
c.    Manusia dapat menggunakan nalarnya untuk mengetahui tentang obyek ini.
d.    Pengetahuan yang diperoleh tentang obyek hukumnya dan hubungannya satu sama lain adalah petunjuk yang paling diandalakan untuk tindakan tindakan manusia.
Epistemologi Realisme
            Realisme berpandangan bahwa mengetahui itu sama artinya dengan memiliki pengetahuan tentang suatu objek. Kognisi atau hasil mengetahui itu melibatkan interaksi antara pikiran manusia dan dunia di luar pikiran manusia.
            Proses awal mengetahui adalah dengan sensasi. Sensai adalah tanggapan indera manusia ketika menangkap objek-objek yang ada. Hasilnya adalah pengalaman indrawi atau data sensori. Kemudian akal atau pikiran menyortir, merangkai, mengklasifikasi, mengabstraksikan hasil tangkapan indera tersebut. Proses abstraksi diartikan sebagai bekerjanya akal pikiran untuk mencari unsur-unsur umum segala obyek yang harus ada dan selalu ditemukan dalam suatu objek. Dan unsur-unsur lain yang bersifat kontingen. Proses abstraksi ini sangat penting bagi subjek yang ingin mendapatkan pengetahuan yang hakiki tentang objek tertentu. Sebagai contoh, kita melihat segala jenis kuda, ada kuda zebra, kuda australia, kuda sumbawa, kuda poni dan sebagainya. Walaupun kuda poni lebih kecil dibandingkan kuda lainnya tetapi kita tahu bahwa kuda poni termasuk jenis kuda. Sebaliknya, walaupun kita tahu bahwa sapi itu besarnya sama dengan kuda tapi kita tahu bahwa sapi tidak termasuk golongan kuda. Hal ini disebabkan kita mengabstraksikan berbagai hewan yang dilihat yang mempunyai unsur unsur umum yang dapat digolongkan ke dalam jenis hewan bernama kuda. Jadi sebenarnya dalam proses abstraksi itu seseorang menangkap bentuk umum suatu objek, sedangkan sensasi menghadirkan materi sebuah obyek.
            Bagi kaum realis, mengetahui adalah dua buah sisi proses yang melibatkan sensasi dan abstraksi. Proses ini sesuai dengan konsep realis tentang alam raya yang dualistic, tersusun atas materi dan struktur (komponen dan forma). Bila sensasi diperkenalkan dengan obyek dan memberi kita informasi tentang aspek material dari obyek ini dan kemudian data masuk ke dalam pikiran kita seperti data yang masuk kedalamprogram computer. Sekali masuk kedalam pikiran data sensori ini dipilih dipilih den digolongkan  dan didaftar. Melalui sesuatu proses asbtraksi, akal sehat merangkai data dalam dua kategori besar, yang satu sebagai sesuatu yang harus ada yang selalu ditemukan dalam sebuah objek dan yang lainnya bersifat kontingen atau kadang-kadang ditemukan dalam sebuah objek. Yang selalu hadir itulah yang harus ada atau esensial bagi objek, disebut juga bentuk atau struktur. Bentuk adalah objek tepat dari abstraksi.
            Dengan pendapatnya ini juga, epistimologi kaum realisme disebut juga epistimologi “teori pengamat” artinya manusia sebagai pengamat kenyataan. Karena kita semua biasanya terlibat dalam proses mengetahui yang melibatkan sensasi dan abstraksi, “pengamatan” kita dapat berkisar dari hal hal yang paling kasar sampai pengumpulan data yang menggunakan cara-cara terlatih serta tepat akurat. Sebagai pengamat kecil-kecilan dari kenyataan kita mulai dengan memilah objek dalam mineral, tumbuhan dan hewan. Melalui perjalanan waktu, manusia telah mengembangkan alat paling canggih seperti teleskop,mikroskop, dan lain lain.

Implikasi Realisme dalam Pendidikan
a.    Tujuah pendidikan
Aristoteles berpendapat bahwa pendidikan bertujuan membantu manusia mencapai kebahagiaan dengan mengembangkan potensi diri seoptimal mungkin agar manusia menjadi unggul. Rasionalitas manusia adalah kekuatan tertinggi manusia yang harus dikembangkan melalui belajar berbagai macam ilmu pengetahuan. Manusia harus pula memberanikan diri untuk mengenal diri, melatih potensi dan mengintegrasikan berbagai peran dan tuntutan kehidupan sesuai dengan tatanan rasional berjenjang.
b.    Konsep tentang sekolah
Setiap lembaga memilki peran khusus, seperti lembaga keluarga, lembaga gereja, demikian pula lembaga sekolah. Sekolah adalah lembaga khusus yang misi utamanya adalah memajukan rasionalitas manusia. Sebagai institusi formal, maka harus mempunyai guru yang kompeten ahli dalam bidangnya dan mengetahui bagaimana cara mengajar kepada peserta didik yang belum dewasa. Fungsi utama sekolah adalah pengembangan intelektual yang efisien. Sedangkan yang lain hanya fungsi sekunder, seperti fungsi reaksional, fungsi komunitas social dan lain lain. Menggunakan sekolah sebagai agen layanan sosial berarti membelokkan tujuan sekolah sehingga akhirnya sekolah menjadi tidak efisien.
c.    Kurikulum
Kenyataan adalah obyek yang dapat diklasifikasikan dalam kategori kategori berdasarkan kesamaan strukturnya. Ada berbagai disiplin ilmu berdasarkan kelompok ilmu yang saling berkaitan untuk menjelaskan realitas. Setiap ilmu merupakan sistem konsep dengan struktur tersendiri. Struktur mengacu pada kerangka konseptual dan makna serta generalisasinya yang menerangkan tentang kenyataan, fisikal, alamiah, sosial, dan realitas manusia . peran sarjana dan ilmuwan penting untuk menentukan wilayah kurikulernya. Mereka ini tahu batas keahliannya dan bidang garapannya. Mereka terlatih dengan metode inquiry yang merupakan cara efisien dalam penemuan berdasarkan riset ilmiah.
Cara paling efisien dan efektif untuk memahami kenyataan adalah belajar sistematis suatu disiplin ilmu. Maka, kurikulum sebarusnya terdiri dari dua komponen dasar. Pertama, bidang ilmu tertentu seperti sejarah, biologi, kimia, dan lain lain. Kedua ilmu tentang kependidikan untuk membentuk kesiapan dan kedewasaan siswa.

C.   Karya-Karya Aristoteles
Karya-karya Aristoteles sangat banyak dalam berbagai topik, sehingga orang selalu berbeda dalam menyusun sistematisasinya
a.    Karya-karya populer
Merupakan karya-karya yang dikarang Aristoteles untuk masyarakat umum di luar sekolah (non akademisi), oleh karenanya bersifat ringan dan populer seperti syair-syair, puisi, roman, dan dialog-dialog.
b.    Karya-karya dokumen dan karya ilmiah
Menurut catatanmasa purba yang ditemukan, Aristoteles mempunyai lebih dari dua ratus judul catatan ilmiah. Kebanyakan karya ini berasal dari periode Aritoteles mengajar di Lykeum. Hampir semua karya ini sudah tidak ada lagi, yang tersisa di antaranya adalah Historia Animalum, yang mengenai penyelidikan terhadap binatang-binatang, dan Anthenaion Politea yang memuat undang-undang dasar dari 158 negara Yunani.
c.    Karya-karya fislafat dan sains
Karya-karya ini sepertinya dibuat oleh Aristoteles untuk murid-muridnya yang terpelajar. Oleh karenanya bahasanya pun lugas, jelas, dan penuh analisis. Secara sistematis, karya-karya ini dapat digolongkan menjadi lima pengelompokan:
1.    Logika
a)    Categoriae
b)    De Interpretatione
c)    Analytica Priora
d)    Analytica Posteriora
e)    Topika
f)     De Sophisticis Elenchis

2.    Filsafat Alam
a)    Physica
b)    De Caelo
c)    De Generatione
d)    Meteorogica

3.    Psikologi
a)    De Anima
b)    Parva Naturalia

4.    Biologi
a)    De Partibus Animalium
b)    De Motu Anmalium
c)    De Incessu Animalium
d)    De Generatione Animalium

5.    Filsafat
a)    Metaphysica
b)    Ethica Nicomachea
c)    Magna Moralia
d)    Ethica Eudemia
e)    Politica
f)     Rhetorica
g)    Peotica

Related Posts:

iklan

Please Enable JavaScript!
Mohon Aktifkan Javascript![ Enable JavaScript ]


Sample 2 “Berikan aku 1000 orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya, berikan aku 1 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia” . (Bung Karno) “Tidak seorang pun yang menghitung-hitung: berapa untung yang kudapat nanti dari Republik ini, jikalau aku berjuang dan berkorban untuk mempertahankannya”. (Pidato HUT Proklamasi 1956 Bung Karno) “Jadikan deritaku ini sebagai kesaksian, bahwa kekuasaan seorang presiden sekalipun ada batasnya. Karena kekuasaan yang langgeng hanyalah kekuasaan rakyat. Dan diatas segalanya adalah kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa.” (Soekarno) “Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut untuk berbuat suatu kebaikan, maka jaminan bagi orang tersebut adalah tidak akan bertemunya ia dengan kemajuan selangkah pun”. (Bung Karno) “Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati jasa pahlawannya.” (Pidato Hari Pahlawan 10 Nop.1961) “Perjuanganku lebih mudah karena mengusir penjajah, tapi perjuanganmu akan lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri.” – Bung Karno “Bangsa yang tidak percaya kepada kekuatan dirinya sebagai suatu bangsa, tidak dapat berdiri sebagai suatu bangsa yang merdeka.” (Pidato HUT Proklamasi 1963 Bung Karno) “……….Bangunlah suatu dunia di mana semua bangsa hidup dalam damai dan persaudaraan……” (Bung Karno) Untuk memilih jenis tomat yang akan ditanam hendaknya sesuaikan dahulu dengan karateristik lokasi. Apabila kebun Anda berada di dataran tinggi pilihlah varietas yang cocok untuk dataran tinggi begitu juga sebaliknya. Benih tomat bisa didapatkan dengan mudah diberbagai toko penyedia saprotan. Apabila Anda sulit mendapatkannya atau harganya terlalu mahal, kita bisa membuatnya sendiri. Caranya dengan menyeleksi buah tomat yang paling baik dari segi ukuran (besar) dan bentuk (tidak cacat). Langahnya sebagai berikut, pilih buah tomat yang akan dijadikan benih. Kemudian biarkan buah tomat tersebut menua di pohon. Setelah cukup tua ambil bijinya dan bersihkan dari lendir yang menyelubunginya dengan air. Setelah itu rendam dalam air, pilih biji yang tenggelam. Kemudian lakukan seleksi sekali lagi terhadap biji tomat, pilih yang bentuknya sempurna(tidak cacat atau keriput). Langahnya sebagai berikut, pilih buah tomat yang akan dijadikan benih. Kemudian biarkan buah tomat tersebut menua di pohon. Setelah cukup tua ambil bijinya dan bersihkan dari lendir yang menyelubunginya dengan air. Setelah itu rendam dalam air, pilih biji yang tenggelam. Kemudian lakukan seleksi sekali lagi terhadap biji tomat, pilih yang bentuknya sempurna (tidak cacat atau keriput).